Miras atau minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol. Ada beberapa minuman keras khas dari berbagai daerah di propinsi Nusa Tenggara Timur. Minuman ini punya sebutan yang berbeda di setiap daerah atau kabupaten . Umumnya Miras khas NTT berbahan dasar dari hasil penyadapan nira dari pohon lontar,kelapa dan enau. Orang-orang di pulau timor dan alor menyebutnya Sopi, maumere menyebutnya Moke dan Lembata menyebutnya Arak. Minuman ini merupakan symbol persaudaraan dan pergaulan bagi masyarakat, juga merupakan minuman wajib dalam upacara adat.
Source : www.unsplash.com |
Hari ini Saya berkesempatan mengujungi sebuah tempat produksi Arak. Yoseph Basa Geraj, Seorang pengrajin tuak yang telah puluhan tahun mempertahankan usaha pembuatan miras secara tradisional di Desa Lolong Kabupaten Lembata. Bahan dasar pembuatan arak di tempat ini adalah dari sadapan nira atau tuak dari pohon lontar. Berikut tahap pembuatan Miras Arak yang dapat Saya rangkum dalam kunjungan Saya kali ini.
Proses Menyadap Nira. Proses ini dimulai dari memilih pohon lontar yang sedang berbunga atau yang sedang berbuah. Setelah itu dipasang tangga pada pohon lontar yang telah menjadi target. Tangga ini menggunakan sebuah pohon bambu yang tidak dipotong mata tunasnya. Bambu disandarkan pada pohon lontar dan mulai diikat melingkari batang pohon lontar, dan tali yang digunakan pun masih dari hasil hutan.
Setelah berhasil mencapai bunga lontar, mayang dari lontar ini mulai dipotong melingkar sedikit demi sedikit dan dijepit dengan penjepit dari kayu, dengan tujuan untuk sedikit membuat pori-pori pada mayang yang akan menjadi jalur keluarnya nira. Setelah beberapa hari, baru akan terlihat tetes nira dan pada saat itulah nira dari pohon lontar ini mulai ditampung pada sebuah wadah yang disebut Nawing.Waktu yang tepat untuk mengambil sadapan nira ini adalah pada pagi dan sore hari. Setiap kali sadapan nira diambil, harus dibuat potongan melingkar baru pada mayang. Nira hasil sadapan ini sebenarnya telah mengandug alcohol tapi masih dalam kadar yang rendah. Sadapan nira dari pohon lontar ini sudah bisa langsung diminum, namun terlalu banyak mengkonsumsi Tuak ini juga dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran atau mabuk, kata beliau.
Proses Memasak Tuak Menjadi Arak. Hasil sadapan nira yang telah ditampung pada ruas-ruas bambu kemudian dituang kedalam sebuah periuk tanah yang berkapasitas kurang lebih 15 liter. Biasanya tuak yang baru diambil dari pohon lontar dicampur dengan perbandingan 10 ; 5. Artinya tuak yang lama 10 liter dan tuak yang baru diambi dari pohon 5 liter. Semua dicampur dan dididihkan menggunakan api yang kecil. Tahap awal ini menurut beliau , harus selalu mengontrol mulut periuk. Apabila busa tuak mulai ada, harus segera dicedok dan dibuang,karena ini akan mempengaruhi kualitas arak itu sendiri. Setelah busa tak lagi terlihat dimulut periuk, maka dipasang sebuah alat penyulingan pada mulut periuk. Alat penyulingan ini terdiri dari dua batang bambu yang disambung. Bambu pertama dengan panjang 3 ruas dan dengan posisi tegak , selanjutnya bambu yang kedua dengan panjang 7 ruas, disambung pada bagian atas bambu pertama dengan sudut kemiringan 45 derajat. Pada bagian persambungan yang terdapat di mulut periuk dan dan alat penyulingan, direkatkan daging dari buah swalang yang telah matang. Hal ini dimaksudkan agar uap air yang naik tidak keluar dari bambu penyulingan.
Bambu dekat mulut periuk berfungsi sebagai penerima uap tuak yang sedang mendidih, dan bambu yang kedua mengalirkan uap air yang telah menjadi arak ke tempat penampungan yaitu botol. Pada bagian persambugan alat penyuligan ini, biasanya dimasukan semacam rempah-rempah untuk menambah cita rasa dan menjaga kualitas dari Arak itu sendiri. Setiap 15 liter dari tuak yang dimasak, hanya dapat diambil sampai 3 liter saja. Kualitas arak yang didapat tergantung pada rempah yang disematkan di dalam bambu penyulingan. Apabila rempah masih baru maka hasil yang diperoleh pun bagus dan dapat bertahan lama.
Nah itu adalah rangkuman dari proses produksi arak atau miras khas Nusa Tenggara Timur. Istilah , alat dan bahan baku mungkin saja berbeda di setiap daerah di NTT, tapi proses secara tradisional Saya pikir pasti menggunakan sistem penguapan dan pengembunan seperti yang saya uraikan di atas. Kalo ada sistem penyulingan yang berbeda dari ini, jangan ragu untuk meninggalkan komentar di bawah ini ya! Salam
mantap sambil dengar lagu Nona manis dari Lembata, terus berkarya sob sukses selalu
BalasHapus