Cinta yang lahir dari ketulusan selalu setia menghadang cobaan, menepis keraguan dan menyemai kepercayaan. Cinta yang tulus memang tak memandang apa-apa.
Dalam bingkai long distance relationship , cintaku dibatasi dinding jarak yang kejam, dan rindu menjelma menjadi bumbu yang harus kukecap dalam keseharian.
Jangan Buka Pintu Hatiku, Bila Kau Tak Berani
Mengetuk Pintu Rumah Orang Tuaku !
Photo by ZACHARY STAINES on Unplash
|
Saya tidak menuntut agar ia harus menjadi seperti yang saya inginkan, begitupun dia. Tanpa banyak aturan yang mengikat, kami saling percaya dan saling memahami. Aku hanya meminta dia harus pulang ke rumah, ke kota tempat kami menghabiskan masa SMP saat pertama kali kumengenalnya, dan ia setuju tanpa merasa dipaksa.
Tiga setengah tahun, bukan perkara yang mudah dan waktu yang singkat bagi kami berdua untuk berjuang bersama dalam jeratan jarak. Akhirnya setelah resign dari pekerjaannya, ia pulang dan kini kami menginjak tanah yang sama.
Saya sadar, juga yakin bahwa saya telah lama tinggal dalam rumah hatinya, maka kini sudah saatnya saya harus mengetuk pintu rumah orang tuanya. Saya ingin terus tinggal dalam relung hatinya. Bukan sekedar singah lalu pergi, begitupun dia. Sudah terlalu lama waktu yang kami habiskan bersama, merajut kisah atas nama kasih.
Suatu siang yang teduh setelah makan siang, kami duduk dibawah gubuk beratap alang-alang, dihadapan dia dan ibundanya, saya mengutarakan niat ini.
Telah beberapa kali saya dan anak Ibu datang di rumah ini, berbagi cerita, bertukar senyum, dan mengikat persaudaraan. Tapi tak pernah Ibu mendengar dari saya, akan niat tulus ini.
Kisah asmara kami telah berjalan lama, dan saya telah memantapkan pilihan bahwa anak ibu akan jadi pendamping hidup saya kelak. Sebelum saya mengatakan ini kepada ibu, saya juga telah mengutarakan niat ini kepada orang tua saya , dan mereka mengamininya.
Hati seorang wanita pasti bukan main senangnya mendengar pengakuan dari seorang laki-laki yang dicintainya selama ini, di depan ibundanya. Pengakuan ini menjadi dasar kuat bagi orang tua bahwa anak perempuan mereka kini telah mempunyai calon pendamping hidup. Hal ini dikatakannya dalam perjalanan kami mengunjungi pusara ayahnya.
Cinta jarak jauh memang bukan hal baru. Dan kami berdua telah membuktikan bahwa kami juga termasuk pejuang cinta yang tangguh, karena dinding jarak telah berhasil kami robohkan. Saat ini keluarga besar kami sedang berkomunikasi untuk menjalankan tradisi perkawinan adat.
Dinding jarak yang mencekam kini sudah roboh, dan kita bertemu kembali di tanah ini. Hey Kamu yang disana, janganlah menyerah dalam menghadapi problem yang mungkin datang dalam hari-hari selanjutnya, karena ada tempat yang lebih indah yang sedang kita tuju yaitu pelaminan.