Pandemi Corona yang kian meluas membuat pihak gereja katolik mengumumkan bahwa kegiatan atau aktivitas kerohanian tidak dilakukan secara bersama lagi di gereja maupun di lingkup paling kecil yakni di Komunitas Umat Basis (KUB).
Sejarah Gereja Katolik mulai dicatat bahwa paskah tahun 2020 harus dirayakan di rumah masing-masing.
Sejak diberlakukan social distancing hingga phisical distancing, aktivitas misa di gereja pun mulai dilaksanakan tanpa kehadiran umat. Kalau di kota ditunjang dengan fasilitas teknologi yang baik, sehingga umat katolik dapat mengikuti perayaan misa yang disiarkan langsung di akun media sosial masing masing gereja setempat melalui fitur live streaming.
Nah, lalu bagaimana dengan aktivitas peribadatan menyongsong dan merayakan paskah di kampung? Tanpa ada fasilitas internet yang memadai dan kondisi umat yang belum semuanya memilki sarana komunikasi yang baik?
Berikut adalah catatan kegiatan peribadatan di desa, mengikuti anjuran WHO tentang phisical distancing dan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah saja.
Saya menyongsong paskah di Stasi Santa Maria Ratu Semesta Alam Lewoblolong, yang tergabung di Paroki Mingar Keuskupan Larantuka . Dalam lingkup pemerintahan disebut Desa Lolong, letaknya di selatan pulau Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Setelah pengumuman dari Keuskupan, bahwa misa di gereja tidak dihadiri oleh umat, maka Dewan Pastoral Stasi setempat segera mengambil langkah. Dengan sigap segera mengganti peralatan pengeras suara yang baru dan yang lebih besar dan menaikannya ke tempat yang lebih tinggi sehinga dapat menjangkau lebih banyak umat.
Disini, umat biasanya berkumpul di gereja paroki mengikuti keberadaan pastor untuk merayakan paskah. Tetapi karena keterbatasan pastor maka hari raya dalam Tri Hari Suci agama katolik ini pun tidak dilakukan misa di gereja stasi. Hanya ibadat sabda saja.
Pada hari Mingu Palma, setiap Ketua KUB, setelah ibadat di rumah mereka harus ke gereja . Untuk mengambil daun palma yang telah diberkati pastor sehari sebelumnya. Ketua membagikan kepada semua umat di setiap KBG.
Di kapela, tidak lebih dari 5 orang untuk memandu dan membantu jalannya proses ibadat, serta menyiarkan langsung melalui pengeras suara. Tidak live streaming di media sosial seperti di kota .
Lonceng gereja dibunyikan sampai 3 tiga kali untuk mempersiapkan umat seperti biasanya sebelum Covid 19 menyerang negeri ini. Anak-anak muda yang biasa nongkrong di depan rumah, juga pembeli yang biasa ramai berbelanja di Kios sudah tak kelihatan ketika lonceng pertama mulai dibunyikan. Lorong desa sepi, umat tidak ramai seperti biasanya ketika lonceng kedua mulai berdentang. Rumah-rumah kelihatan sepi karena umat mulai mempersiapkan diri dan tempat ibadat di dalam rumah masing-masing.
Tidak terdengar kendaran yang melintas dalam kampung ketika lonceng ketiga mengalun. Suasana begitu hening ketika pemimpin ibadat mulai mengajak umat untuk khusyuk. Kokok dan sahut ayam kampung seperti diberi isyarat untuk berhenti mengeluarkan suara ketika segenap umat mulai menandai diri dengan tanda kemenangan Kristus.
Suasana sangat hening, hanya lantunan doa terdengar dari pengeras suara yang membahana di langit desa ini dan mungkin saja sampai ke desa tetangga. Ibadat dilakukan tanpa nyanyian, mazmur serta tanggapan juga bait pengantar injil tetap dibacakan dan diulangi oleh semua umat dari rumah masing-masing. Pada hari Jumat Agung, doa umat meriah, mazmur serta lagu dalam upacara penyembahan salib layaknya misa, dinyanyikan oleh petugas dalam menghantar permenungan umat.
Pada ibadat lamentasi di pagi hari, ratapan Nabi Yeremia dinyanyikan solis. Terdengar mencekam sebab anjing ikut melolong di sela ratapan itu dilantunkan. Duh..suasana kampung benar-benar membeku.
Pada ibadat lamentasi di pagi hari, ratapan Nabi Yeremia dinyanyikan solis. Terdengar mencekam sebab anjing ikut melolong di sela ratapan itu dilantunkan. Duh..suasana kampung benar-benar membeku.
Pujian Paskah akan tetap dikumandangkan dari gereja dan ditanggapi oleh semua umat dengan kondisi lampu rumah dipadamkan. Sebelum lagu gloria lampu rumah harus padam. Hanya ada lilin bernyala di meja doa, dan sebatang lilin dipasang di depan pintu rumah. Begitulah arahan dari seksi komunikasi stasi yang lantang menjelaskan tata cara ibadat di malam paskah nanti.
Benar-benar kisah yang tak diharapkan oleh umat katolik dunia. Tidak beribadat dan merayakan paskah dengan sesama saudara sekomunitas basis, stasi dan separoki. Karena harus melakukannya secara sendiri demi menghambat proses penularan virus corona.
Kami menikmati keadaan ini, dan berharap wabah ini segera berakhir dengan mendoakan Doa Triidum Keluarga menyambut berkat Paus dan idulgensi penuh di setiap ibadat dalam Tri Hari Suci.
Sobat seiman dapat mendoakan ini kembali di rumah. Berikut adalah susunan doa lengkapnya.
Alla Bapa Pemelihara Semesta, kami bersyukur atas rahmat iman yang kau tanamkan dalam diri kami. Pandanglah dengan tatapan kasihmu, kami dan seluruh warga dunia yang sedang menghadapai wabah virus corona. Lindungilah dan peliharalah kami dalam damaimu. Anugerahkanlah kesembuhan bagi mereka yang terjangkit. Berilah istirahat kekal kepada mereka yang berpulang. Dekaplah dalam kasihmu ya Bapa, para tenaga medis, para relawan, para peneliti dan pemerintah di seluruh dunia. Tuntunlah pula para gembala kami dan kami semua umatmu serta warga masyarakat, agar sehati sejiwa membantu menghentikan proses penyebaran Covid-19 ini, dan semoga mujizatmu segera terlaksana. Demi Yesus Kristus Tuhan Kami. Amin.
Santa Maria Bunda Penolong kami, doakanlah kami
Malakat agung, santo Mikael Gabriel dan Rafael, doakanlah kami
Para kudus Allah, pelindung dari wabah dan penyakit, doakalnlah kami
Bapa Kami......3 x
Sala Maria.....3X
Kemuliaan Kpada bapa, Ptra dan Roh kudus,,,,,
Demikianlah cara kami menyongsong dan merayakan paskah di kampung atau stasi dengan segala keterbatasan teknologi. Selamat menyongsong, juga Selamat Pesta Paskah kepada saudara-saudari pembaca Blog ini. Tuhan selalu bersama kita. Amin?