Kasus positif corona virus atau Covid-19 di negeri ini , kini sudah semakin bertambah. Koran dan televisi, juga media internet telah memberitakan bahwa gerak roda ekonomi bangsa ini kini mulai berjalan lambat. Pembatasaan kegiatan sosial kemasyarakatan dan kegiatan dalam dunia usaha pun ikut memberatkannya.
Gerak roda ekonomi yang melambat dan tak seperti biasanya sebelum wabah ini menghantam, tentu juga dirasakan oleh para pengguna jasa layanan sewa kost maupun kontrakan seperti kami.
Pekerja yang tetap bekerja dari rumah kontrakan dengan tetap menerima gaji utuh setiap bulannya tentu saja tak terlalu merasa berat di masalah financial.
Lalu bagaimana dengan mereka yang bekerja dan mendapat upah harian, yang kadang dibayar seadanya, dan juga mahasiswa yang notabene sebagian besar biaya hidupnya masih mengharapkan dari orang tua?
Lalu bagaimana dengan mereka yang bekerja dan mendapat upah harian, yang kadang dibayar seadanya, dan juga mahasiswa yang notabene sebagian besar biaya hidupnya masih mengharapkan dari orang tua?
Mirisnya, ada perusahaan yang sampai hati melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Duhh..Ini yang sekarang menjadi problem besar bagi bangsa ini ketika sesama warga kita mulai berguguran.
Perusahaan yang sering menambah uang saku bulanan bagi mahasiswa, ada yang sudah tak memakai jasa mereka lagi. Kerja freelance di kantor dan di jalanan pun mulai ikut sepi karena wabah global ini. uang tambahan yang dulu biasa mereka terima kini ditunda karena klien perusahaan membatalkan project.
Kebijakan pemerintah yang meminta untuk tetap di rumah membuat transportasi umum dari desa ke kota mengalami keterbatasan karena jumlah penumpang yang berkurang drastis. Ada daerah dimana bank jauh dari kota, dan juga ada lembaga keuangan non bank yang membatasi pelayanannya, membuat mereka tak segera mendapat kiriman uang.
Kehidupan ekonomi masyarakat di desa juga mulai terdampak. Dan kami yang di kota yang harus membantu mereka dengan skala yang berbeda sebelum wabah corona menyerang.
Bagi mereka yang menunggu kiriman uang dari orang tua, ataupun siapa saja yang membantu, kadang mendapati kenyataan yang pahit. Tambah lagi pelaku-pelaku bisnis nakal yang tega mempermainkan harga barang saat keadaan begini.
Memang Benar-benar menguras otak dan rasa untuk bisa bertahan hidup di tanah rantau, saat wabah mulai menyerang seluruh propinsi di bumi pertiwi ini.
Kami tahu, sekarang keadaan memang sudah mulai sulit. Maka pemerintah telah membantu dengan segala kucuran dana yang mulai digulirkan. Dan ada banyak organisasi sosial masyarakat diluar sana yang membantu menyelamatkan sesama warga negara ini dengan caranya masing-masing.
Lalu, bagaimana dengan bapak dan ibu pemilik istana tempat kami tinggal dan bernaung di tanah rantau ini?
Kami tak meminta untuk tinggal gratis, karena kami sadar bahwa ini adalah sumber pendapatan bapak dan ibu. Kami hanya meminta, bolehkah beban uang sewa kos selama pendemi corona ini sedikit bisa diringankan? Bukankah kita harus saling membantu dalam kesusahan?
Semoga bapak ibu selalu dilimpahi rezeki yang baik.
Dari saya, mewakili perantau yang menolak mudik.